Selasa, 04 Juni 2013

tugas pengertian dan contoh Resensi

Pengertian dan Contoh Resensi

jika dari bahasa Latin,  revidere  (kata kerja) atau recensie. Artinya “melihat kembali, menimbang, atau menilai.” Tindakan meresensi mengandung “memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.” Dalam buku Bahasa dan Sastra Indonesia (yang ditulis Euis Sulastri dkk) Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda,  resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah. Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah  timbangan buku.


Berikut ini Definisi, Arti dan Pengertian Resensi Menurut Beberapa Para Ahli 

WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Perbincangan buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah.  

Resensi menurut Panuti Sudjiman (1984) adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.  

Saryono (1997:56) menjelaskan Pengertian Resensi sebagai sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya , benar-salahnya, argumentatif- tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.
 
 

Contoh Resensi Buku Fiksi

Judul : Matilda.
Pengarang : Ronald Dahl
(Ilustrasi oleh Quentin Blake).
Alihbahasa : Agus Setiadi.
Penerbit : Gramedia, 1991.
Tebal : 259 halaman.
Ukuran : 13,5 x 19,8 cm. 

 Enak rasanya memahami dunia anak-anak dan berkecimpung di dalamnya. Anak-anak dapat berpikir seperti orang dewasa, bahkan lebih bijak lagi tanpa meninggalkan citra anak-anak yang suci dan polos. Itu kira-kira yang ingin disampaikan oleh Ronald Dahl kepada pembaca Matilda. Buku setebal 259 halaman yang tidak terasa tebal jika dibaca ini menampilkan sosok Matilda, bocah 5 tahun yang hobinya membaca. Buku-buku karya pengarang dunia seperti Charles Dickens, Voltaire, Hemingway, Kliping, Tagori, Shakespiere sudah dibacanya saat umurnya belum genap 5 tahun.
Buku ini menarik karena diberi ilustrasi yang menunjang. Katakatanya enak dibaca, dan memiliki adegan-adegan di luar batas kenormalan. Mungkinkah ada kepala sekolah SD yang tega menarik kepang rambut muridnya dan membuat anak itu seperti baling-baling di atas kepala Kepsek hanya karena si anak tidak memotong rambut keemasannya? (hlm. 123). Mungkinkah pula ada seorang Kepsek yang mempunyai alat-alat untuk menghukum siswa bandel bak alat-alat penyiksaan di kamp Nazi; dan menyuruh seorang anak kecil memakan kue tar coklat berdiameter 20 cm? Dan rasanya tidak ada di dunia ini orangtua menganggap anak perempuannya yang bungsu (Matilda) sebagai bisul yang mengganggu (hlm. 10).
Meskipun cerita-ceritanya memberi kesan menyeramkan, kala membacanya kita tidak merasa merinding karena gaya penceritaan dibuat seringan mungkin, sesuai dengan sasaran pembaca buku ini, yaitu anak-anak SD di Inggris sana. Yang mungkin agak membuat pembaca Indonesia bingung adalah siapa sasaran pembaca buku ini. Dalam katalog, buku ini dikatagorikan sebagai fiksi anak-anak. Namun, mengingat jumlah halaman dan kosakatanya, buku ini terasa berat bagi anak-anak SD di Indonesia.
Matilda menceritakan seorang anak berumur 5 tahun yang memiliki kepandaian di atas ukuran orang dewasa. Sialnya, kepandaiannya ini tidak diperhatikan orangtuanya karena mereka tergolong orangtua yang menganggap anaknya sebagai kutu yang menjijikkan. Bahkan, orangtuanya menganggap Matilda tidak berguna dan bodoh (hlm. 27). Hampir separoh kisah Matilda bercerita tentang ”pembalasan” Matilda terhadap sikap dan ucapan orang tuanya. Dengan kemampuan supernya, yaitu mampu menggerakkan barang hanya dengan pikiran saja, Matilda berhasil membantu Miss. Honey mendapatkan rumah dan uangnya yang diambil Kepala Sekolah SD, Ibu Thrunchbull.
Pembalasan Matilda dimungkinkan terjadi karena selain cerdas, Matilda juga banyak membaca. Matilda yang tersia-sia ini akhirnya tinggal dengan Miss. Honey, gurunya, karena orangtuanya dan kakaknya pindah ke Spanyol akibat kasus kejahatan yang mereka lakukan. Ronald Dahl tampaknya menekankan pentingnya kegemaran membaca. Tokoh-tokoh baik dan pintar dalam buku ini adalah orangorang yang gemar membaca, sedangkan tokoh-tokoh jahat seperti orangtua Matilda dan Kepsek adalah orang-orang yang hobinya bermain.
 
sumber :  http://www.drzpost.com/reading-295-Contoh-Resensi-Buku-Fiksi-atau-Novel.html
                 http://veltaron-education.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-contoh-resensi.html
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar